Dalam satu waktu langit runtuh di hapanku, tepat di depanku dan aku hanya bisa pasrah. Tak sadar air mulai mengalir di sela kedua mataku, sekuat-kuatnya aku tetplah aku hanya seorang manusia, dan jujur aku sangat marah pada Tuhan, tapi apalah dayaku yang hanya seorang manusia, hanya bisa hidup seuai dengan kehendaknya. Sungguh saat ini aku membenci hatiku, jika ada orang bilang percayalah pada hatimu karena itu adalah jalan terbaik, dan hatimu akan menentunmu pada apa yang terbaik untukmu tapi sungguh beberapa kali aku mempercayainya, beberapa kali itu pula aku telah di patahkan. Cita-cita dan cinta direnggut dalam satu waktu dan ini lah titik 0 dalam hidupku, jika aku tahu apa yang harus aku lakaukan, pasti aku tak akan sesedih, sekecewa, semarah ini pada Tuhan, pada ditiku. Aku tahu ini dosa tapi rasanya sangat lah sakit dua harapanku yang menjadi penyemangat, penguat dan alasanku untuk masih bertahan sampai detik ini harus benar-benar aku akui kalau keduanya sudah tak ada lagi langit benar-benar runtuh dihadapanku. Dan tak ada lagi impianku, aku hanya mita satu hal kepada Tuhan jika dia bisa mendengarku, aku ingin dia menunjukan jalan yang terbaik untukku saat ini yang akan berpengaruh besar dalam kebahagiaanku suatu saat nanti, bahkan Diapun boleh merenggut segalanya dari ku kecuali keluargaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar